Penalaran

Holaaaa… back to blognya el…
Kali ini el mau ngebahas tentang sesuatu yang berhubungan sama Bahasa Indonesia nih. Apa hayooo??? Ayooo tebaaak… tebak hayoooo… *hapasiih*
Hahhahaa… yasudah yasudah… ga usah berlama lama, langsung cuuuuuuuus aja deh dibahas.

Penalaran. Yaaaps… el mau ngebahas tentang penalaran nih buat tugas Bahasa Indonesia.

Apa siih penalaran itu el??

Menurut buku Argumentasi dan Narasi karangan Gorys Keraf, Penalaran atau dalam bahasa Inggrisnya, reasoning, merupakan suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Atau bias juga penalaran itu diartikan sebagai sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.

Terus el kalo proposisi itu apa??

Naah kalo proposisi itu merupakan pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua duanya. Jadi si proposisi ini ga boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus. Proposisi juga selalu berbentuk kalimat, tapi ga semua kalimat bisa dibilang proposisi. Cuma kalimat deklaratif aja nih yang mengandung proposisi.

Kenapa el??

Karena kalimat deklaratif itu bisa dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Kalau kalimat tanya, perintah, harapan dan keinginan itu ga pernah mengandung proposisi.

Contohnya kayak gimanaa kalo kalimat proposisi??

Emmmm... ini ada dua contohnya nih. Simak yaaa...
.semua helm dipakai dikepala – kalimat ini bisa dibuktikan kebenarannya
.tidak ada satupun pria yang memakai rok – kalimat ini bisa disangkal nih, karena ada aja pria yang memakai rok contohnya aja banci.

Lanjuuuut lagi yaaak ke bahasan selanjutnya...

Inferensi & Implikasi
Inferensi itu berasal dari kata latin inferre yang berarti menarik tali kesimpulan. Dalam bidang logika dan bidang ilmiah lainnya, inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau fakta fakta yang ada.
Naaah kalo Implikasi, itu juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika dan bidang ilmiah, si implikasi ini adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.

O iyaa, kalo evidensi itu apa yaaa??

Evidensi itu adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Wujud paling rendah dari evidensi itu berbentuk data atau informasi. Data dan informasi itu biasanya berupa statistic lhooo.. dan mereka diperoleh dari suatu sumber tertentu.

Terus cara menguji suatu data itu kayak gimana??

Karena data dan informasi itu harus berupa fakta yang akan digunakan sebagai evidensi, ada tiga cara nih untuk menguji suatu data.
Yang pertama itu observasi. Observasi ini merupakan peninjauan untuk lebih meyakinkan diri sendiri dan juga si pembaca.
Yang kedua itu kesaksian. Si kesaksian ini berguna untuk memperkuat evidansi, apalagi kalau kesaksian-kesaksian itu didapat dari orang yang mengalami sendiri suatu peristiwa.
Yang ketiga itu autoritas. Autoritas ini merupakan pendapat dari seorang ahli atau mereka yang telah menyelediki fakta-fakta itu dengan cermat.

Kalo faktanya itu sendiri?? Perlu di uji juga ga?

Perlu dooong.. karena kita harus menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi. Untuk menguji fakta ada dua cara.
Yang pertama adalah konsistensi. Fakta harus konsisten, tidak melemahkan tetapi menguatkan.
Yang kedua adalah koherensi. Fakta yang digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pandangan juga sikap yang berlaku

Naaah tadi kan ada tentang autoritas tuh. Itu perlu penilaian ga el??

Perluuuu... ada beberapa cara untuk menilai si autoritas itu sendiri.
Pertama : tidak mengandung prasangka. Jadiii si pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
Kedua : pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh itu menjadi jaminan awal, dan pengalaman yang diperoleh dengan penelitian akan lebih memperkokokh kedudukan si autoritas itu sendiri agar lebih meyakinkan.
Ketiga : kemashuran dan prestise. Jadi si autoritas ini tidak boleh berada dibalik kemashuran dan prestise pribadi dibidang lain.
Keempat : koherensi dan kemajuan. Pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

Okeee okeee... segitu dulu yaaak pembahasan tentang penalaran. Lanjuuut lagii di postingan selanjutnya *dadah dadah ala miss unipers*

Sumber :

>> Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.

 Bahasa Indonesia 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2012 KIAMAT??

Jujur itu ga susah kok

Main uno yuukk!!